Sunday, March 2, 2014

12 Years A Slave : Kisah Pilu Para Budak Kulit Hitam Di Amerika


Chiwetel Ejiofor sukses memerankan Solomon Northup dalam film berdurasi 134 menit ini. 12 years a slave mengisahkan kisah nyata Solomon Northup yang semula merupakan seorang yang merdeka kemudian diculik untuk dijadikan budak tak berharga. Ia piawai bermain biola dan paham aksara. Anaknya, Margareth dan Alonso masih remaja.

Kisah panjang perbudakan ini bermula ketika Solomon ditawari suatu pekerjaan menjadi pemain biola, atau katakanlah pemusik dalam sebuah pertunjukan yang dipromotori oleh dua lelaki kulit putih bernama Hamilton dan Brown. Singkat cerita, rupanya ia dijebak kemudian dijual sebagai budak. Solomon dianggap Platt, seorang budak negro yang wajah dan ciri-ciri fisik lainnya serupa.

12 tahun ia jalani sebagai budak yang rela dicambuk jika membangkang dan harus selalu patuh pada tuannya. Dua belas tahun pula ia tidak bertemu keluarga, termasuk Margareth dan Alonso yang sangat dikasihinya. Solomon ialah satu dari sekian juta kaum negro yang dijadikan komoditi. Pertama dia dijual kepada Mister Ford untuk jadi buruh penebang kayu, berikutnya ia dijual kembali pada juragan kapas bernama Mister Epps, sebelum dipindahtangankan semetara pada Hakim Turner dan kembali lagi ke Mister Epps. Perjuangan Solomon menggapai kemerdekaan untuk dirinya dimulai saat ia bertemu Bass yang diperankan oleh Brad Pitt. Ia meminta Bass mengirim surat ke kampung halamannya untuk membawa sertifikat yang menunjukkan jika Solomon adalah orang yang merdeka. Tak lama, Solomon dijemput dan ia kembali pada keluarganya.

Film ini membuka mata penonton tentang betapa sadisnya kaum kulit putih pada masa itu. Mereka tanpa tega memperbudak kaum negro sesuka hati. Sistem perbudakan menganggap budaknya ialah properti milik pribadi yang tidak boleh diganggu gugat serta bebas bertindak terhadap budak yang ia beli. Kekejaman kaum kulit putih tergambar dengan jelas dalam untaian scene pada film ini. Menilik ke belakang, satu dua abad terakhir memang merupakan waktu tersulit bagi kaum kulit hitam. Politik aoartheid memaksa mereka menjadi pecundang yang tidak dihargai, tak punya kuasa dan dikontrol oleh kaum adidaya.
Film besutan Steve McQueen ini kini ramai diperbincangkan berkat berbagai prestasi yang diraihnya dalam setiap perhelatan Festival Film. Yang terkini, 12 Years a Slave berhasil memposisikan diri sebagai film dengan Sembilan nominasi dalam Piala Oscar tahun ini yang akan digelar 2 Maret 2014. Termasuk di dalamnya kategori Film Terbaik dan Pemeran Utama Pria Terbaik. Akankah 12 years a slave mendapatkannya? Kita lihat saja.

0 komentar: