Monday, December 9, 2013

Inspirasi di Bilik Cintamu


#SWAPBLOG5
Edisi November 2013
Swapblogger : Cicilia Elviani - aphroditluvapple

Hi pembaca setia notes of geologic, maaf ya, saya telat mengirimkan postingan untuk november. saya harus digetok dengan palu deh. Suatu keterlambatan yang tidak bisa ditolerir. Ayo mampir juga ke blog saya.  Saya itu aphrodite yang pada November rain mendapatkan keberuntungan bertukar pikiran, eh salah tukaran cerita di blog dengan Yusuf. Temanya makin lama makin susah kali ya, Yusuf  menetapkan tema irreenplacable inspirator. Aduh pusing tujuh keliling deh saya. Karena suka dapat inspirasi dari mana saja, siapa saja dan kapan saja (Makanya jadi bingung mau tulis apa). Selama disana ada proses pembelajaran pasti terdapt hal—hal yang selalu menginspirasi saya. Bahkan anak-anak kecil pun menjadi bagian dari inspirator-inspirator hebat dalam kehidupan. Maaf ya, jadi agak bertele-tele. Daripada ikutan pusing dengan saya, coba dulu simak sepenggalan kisah yang saya sajikan. Btw, maaf lagi ya Yusuf, karena merusuh di blog nya, dan pastinya terimaksih saya haturkan.

Inspirasi di Bilik Cintamu

Kesakitan fisik tak lah seberapa dibandingkan kesakitan mental. Beberapa tahun belakangan ini adalah tahun yang sangat berat bagiku. Tidak pernah terpikirkan bahwa aku akan melewatinya. Toh aku masih disini dan masih bisa bernafas. Jika dibandingkan aku dengan beberapa tahun sebelumnya, sangat berbeda, aku yang sekarang hanya seonggokan daging yang tidak berguna. Mungkin sapi pun masih bisa diperah susunya. Tak tertuai hasrat aku yang sekarang. Kegamangan akan masa membuat aku ling-lung, terjebak entah dimana, aku entah berada dimensi yang mana sekarang. Disaat kawan-kawan sebayaku sibuk memperjuangkan karir mereka, ada yang sibuk menata kehidupan baru bersama pasangan ditambah makhluk kecil baru diantara mereka, bahkan sibuk menambah pundi-pundi keuangan, ataupun sibuk mengejar impian dan hasrat mereka. Aku diam bak batu jatuh ke lautan. Mati rasa. Aku menjadi manusia yang tidak sanggup, bukannya aku takut gagal? Itu salah- aku gagal berkali-kali. Aku gagal dalam usaha, gagal dalam cinta, aku pun jatuh berkali-kali, selalu aku bangkit. Tetapi ternyata aku begitu pengecut. Berpindah dari suatu kota ke kota lain. Ternyata aku sibuk lari dari kenyataan. Mungkin aku adalah sebuah bejana yang tertumpah ruah diisi oleh air keras.

“sampai kapan kau akan begini?” terdengar teguran dingin dari suara ditelpon diseberang sana.

“aku tidak tahu” ujarku pasrah. Mungkin ia tidak bisa menatap tatapan nanarku, tapi ia selalu tahu kegundahan dihatiku.

“ingat juga usiamu, ingat orang-orang yang menyayangimu. Tak termakan nasi oleh ibunda jikalau engkau terus begini, tak tahu kau rimbanya entah dimana” jelasnya dingin, tapi penuh kerinduan.

“aku memang anak durhaka” sesalku

Ia tidak menjawab pernyataan ku. “kemarin, Ibu diundang kawannya ke acara syukuran anaknya, itu si XXX kawan bermainmu telah diterima bekerja. Masternya pun sudah selesai. Empat buah undangan dari kawannya pun tak disentuh, undangan ke pernikahan anak mereka. Raut kesedihan yang kulihat pada beliau, tapi tak terkatakan pada kau. Bangkitlah dan semangat, tata hidupmu, pilihlah jalanmu, jangan tersesat terlalu lama.”ujarnya panjang, tak bernada menggurui atau menyindir. Hanya ajakkan untukku merenung kembali. Kembali ke aku yang dulu bersemangat dan berhasrat.

image by maflum

“Siapa yang tidak ingin membahagiakan orangtuanya, tapi detik ini pun, aku masih tidak bisa berkompromi, aku saat ini hanyalah pecundang, tak sanggup aku menginjakkan kaki pulang” selalu kutahan bulir-bulir airmata yang pasti akan berderai jikalau jatuh.

“bukannya sudah kubilang, hidup ini tidak indah kalau tidak ada masalah, tidak ada sesuatu yang menantang jika hidup itu datar. Bukannya setiap cobaan akan membuat manusia kuat. Jadi tidak ada yang harus kau risaukan, jalani saja, perbanyak bersyukur, niscaya Allah akan menguatkan jalan yang kau pilih” kata-kata penuh cinta dan makna selalu saja diberikan padaku. Biar aku tidak gundah dengan kesendirianku.
Aku Cuma menghela nafas, dan berujar pelan, “aku tahu, tapi....”

“Jangan lakukan untuk orangtuamu ataupun untukku, lakukan untuk dirimu sendiri, sayangilah dirimu dulu sebegitu pun kau akan menyayangi kami” skak mat untukku.

“Iya” pasrah dan tak tahu lagi harus berkata apa.

“Kau memang harus ditampar”, canda ia padaku.

“Iya harus, jangan kapok menamparku, kamu yang selalu mau menamparku, keras sekali sakit sampai ke rusuk tulangku “. Jawabku pura-pura ketus.
Aku mau bilang bahwa ia tidak mengerti posisiku, tapi kuurungkan kata-kataku. Karena aku tahu kami sama-sama mengalaminya. Semua rentetan masalah yang bertubi-tubi menimpa,  bukannya hanya untukku, tetapi ia pun juga mengalaminya. Bukan dalam hitungan barang setahun atau dua tahun. Tetapi cobaan itu lah yang menemani kami tumbuh hingga saat ini. Tetapi ia lebih bijak dalam menyikapinya. Ia bagaikan air, tenang mengalir, bahkan kegalakannya pun bisa mengikis batu. Aku pun sendiri sulit menduganya. Ia tertutup, tetapi selau bercerita padaku.

Engkau diam dan aku pun diam. Kau pun tidak banyak berkata malam itu, ketika berdua mengheningkan cipta, kita diam didalam keheningan. Mungkin desahan nafas kita pun tak terdengar.

“pulanglah, dan basuh kaki ibunda” sarannya padaku.

Tak kujawab kata-katanya. Hanya sesegukan yang keluar. Aku tidak menangis. Dan aku bohong.

“Berwudhulah sebelum tidur, berdoa sebut nama-Nya, agar kau tenang. “ selalu sebelum menutup telponnya, selalu mengingatkan aku, ia tahu bagaimana badung kakaknya ini. Ia lah yang paham aku luar dalam. Tiada yang mengerti aku selain ia.

“terimakasih selalu menjadi inspirasiku, bahkan disaat aku goyah, kau yang selalu percaya dan mendengarkanku” bisikku lembut padanya.

“Kaulah yang menginspirasi dirimu, bukan orang lain. Allah tidak akan mengubah nasib kaumnya, jika ia tidak berusaha berubah. Berubalah kearah yang baik. aku tahu kau kuat, cobaan akan membuatmu kuat. Hidup seperti roda, kita tak kan selalu dibawah. Kuatlah, untuk dirimu”
Ia pun menutup telepon. Tidak pernah ia mengucapkan kata sayang padaku. Atau kata-kata ia peduli. Tetapi aku tahu dia sangat menyayangiku. Di waktu kecil kami sealu saja bertengkar, selalu saja ada yang kami perebutkan. Disaat ia meminta aku menunjukkan pr nya selalu saja aku menggodanya. Kau berikan aku kupon bebas pekerjaan rumah, agar kau bisa belajar berdua dengan ku.

“Kak, ajarkan aku hitungan yang ini ya?” pintamu polos.

“ini kan mudah, kenapa tidak bisa?” elakku,

Dia menggeleng sambil menyodorkan bukunya padaku.

“ok kutunjukkan ya, tapi jangan lupa berikan kupos bebas pekerjaannya ya!” senyumku pun mengembang. Kubantu ia maka aku akan bebas dari pekerjaan rumah dalam beberapa hari. Dia membuat disebuah kertas sebuah kupon yang bisa saja kugunakan, seperti bebas mencuci piring, bebas menyapu, bebas menyetrika. Yang kadang pas kau sudah dewasa aku rindu kupon itu. Padahal aku tahu kau bisa saja belajar sendiri, Kau itu sangat pintar. Bahkan disaat teman-temanmu belajar menghadapi ujian, kau malah sibuk menggantang beras. Kau pun tetap   cum laude. Kau suka kaau aku buatkan nasi goreng atau mie goreng, kau tidak pernah memuji, selalu berkata bahwa buatan Ibunda lebih enak. Punyaku tak ada apa-apanya, tetapi selalu saja masakan ku kau habiskan. Kau seorang yang sopan, tak pernah bergenit-genit keluar ketika kawan-kawan lelaki main kerumah. Mereka itu pun kau sapa sekedarnya saja. Tak sama kau seperti kebanyakan perempuan seusiamu.

Kalau kau tahu.
Kau  lah inspirasiku. Kau bukanlah kakakku, bukanlah pula yang patut aku tuakan. Tetapi kau yang selalu kuhormati, kusayangi dan selalu aku rindukan setiap kujauh. Masih ingat semasa kecilku, kaki-kaki kecilmu berlari dan memukul orang yang mambuatku menangis. bukankah engkau masih kecil ketika itu?. Tetapi, engkau membelaku. Saat ini, bukankah aku yang seharusnya lebih bijaksana dan lebih memahami?. Tetapi engkau dalam diam selau berpikir bagaiamana semua ini akan berakhir baik untuk kita semua. Tak pernah terpikir buatmu untuk pergi jauh, seandainya engkau egois mungkin akan kau perturutkan ego mu.
Bukankah dimasa kecil kita bermimpi akan mempunyai rumah bersebelahan. Satu rumah untukmu dan satu rumah untukku.    Suatu saat nanti, kau pun ingin kita pergi berdua, denganku mengarungi dunia, melihat indahnya apa yang terjadi diluar sana, melihat seuatu yang buruk pun bersama. Kita hanya dua bersaudara, aku punya kau dan kau punya aku. Kita selalu saling menyayangi, bukan lewat kata-kata. Kita akan bersama-sama menjaga kedua orang tua kita. Kita pun akan tua bersama.

Adikku sumber inspirasi, kebanggan, dan semangatku. You are still my cute little sister.
 2013, 6 December, aphroditeluvapple, Pondokku