Berbicara
tentang sampah memang tidak bisa serta merta begitu saja. Perlu beberapa kali
untuk meyakinkan teman-teman saya, bahwa masalah yang dianggap sepele ini
sejatinya merupakan hal yang serius. Kalau boleh saya mengecam, maka orang yang
akan saya kecam adalah mereka yang terdidik tapi tetap membuang sampah tidak
pada tempatnya. Kenapa bisa? Jawabannya sederhana. Kita sebagai kaum yang
merasakan kemerdekaan mendapatkan pendidikan adalah yang paling bertanggung jawab
dalam membawa perubahan pada negeri ini. Bukan justru generasi sampah yang
mengotori.
Jadi begini, sikap saya yang tegas terhadap
orang-orang ‘bandel’ yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya memang
sedikit banyak diilhami setelah saya mendapatkan kesempatan “berguru” singkat
di negeri matahari terbit. Budaya masyarakat ‘Nihonjin’ atau orang Jepang yang
jempol abis membuat saya terkesima dan ingin mengaplikasikannya pada
orang-orang di sekitar saya. Betapa tidak, selama delapan hari disana saya
tidak pernah menjumpai ada kotoran atau sampah berceceran di jalan, apalagi
tempat umum yang berjubel manusia. Toilet di tempat umum manapun selalu dalam
keadaan bersih dan rapih. Orang Jepang nampaknya sadar betul bahwa kesadaran
terhadap lingkungan akan sangat mempengaruhi kelanjutan hidup mereka. Padahal,
tidakkah kita sadar bahwa sebagian besar mereka adalah penganut Atheis alias
tidak beragama. Bandingkan dengan kita yang mayoritas muslim, bahkan Negara
dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Adakah hubungannya?
Jalanan di Tokyo, tidak pernah ada kotoran berceceran |
Islam adalah rahmatan lil alamin,
rahmat bagi seluruh umat manusia. Rasulullah pun mengajarkan kepada kita bahwa “An-nadhofatu minal iman” yang artinya
“Kebersihan adalah sebagian dari Iman”. Secara implisit pernyataan diatas bisa
kita negasikan sehingga bermakna siapa yang tidak bersih (tidak memelihara
kebersihan) maka dia tidak beriman. Nah lho, masih mau buang sampah
sembarangan? Banyak lho dampak yang Anda sumbangkan kalau sampah dibiarkan
berceceran begitu saja.
- Lingkungan tidak asri, tidak enak dipandang, dan terkesan kumuh
- Penyebab bakteri yang menjadi ladang mewabahnya penyakit.
- Jika sampah anorganik, maka tidak bisa diuraikan oleh tanah sehingga akan menumpuk dan merusak lingkungan biotik
- Secara sosial menunjukkan bahwa kita adalah masyarakat yang tidak berbudaya
- Jika terus menerus terjadi, jangan salahkan kalau banjir kemudian terjadi
Kemudian bolehkah
saya bertanya, siapakah gerangan yang harus dipersalahkan? Apakah keyakinan
kita kepada Tuhan justru melunturkan sikap-sikap terpuji yang diwajibkan?
Yuk buang sampah pada tempatnya! ilustrasi gambar oleh
|
Terlepas dari Jepang
merupakan Negara maju dengan pembangunan yang tergolong merata, inilah saatnya
bagi kita untuk berkaca dan berintrospeksi. Apa yang salah, kita renungi
sama-sama dan tarik benang merah. Siapapun Anda, tolong sekali lagi sadarlah
untuk membuang sampah di tempat sampah. Jika dalam perjalanan tidak terdapat
tempat sampah di sekitar, maka simpanlah dulu sampah Anda di tas atau saku
baju hingga Anda menemukannya. Sangat sederhana kan?